Zaman dulu, kalau kita bicara soal pengasuhan anak, maka yang banyak disorot adalah ibu. Sekarang di zaman modern, para ayah juga terlibat dalam pengasuhan anak, karena tahu betul kalau anak butuh peran ibu dan ayah. “Pengalaman saya 25 tahun jadi psikolog membuktikan, anak-anak yang diasuh oleh ibu akan tumbuh bagus. Sementara bila ibu dan ayah sama-sama terlibat dalam pengasuhan anak sebagai partner, maka anaknya akan tumbuh menjadi outstanding atau luar biasa,” ujar Ratih Ibrahim.
Lewat ayah, anak lelaki akan belajar menjadi laki-laki sejati itu seperti apa. Lewat ayah, anak perempuan akan belajar bagaimana seharusnya diperlakukan oleh laki-laki, termasuk cara ayah memperlakukan ibunya.“Jadi, ayah yang betul-betul terlibat dalam pengasuhan anak, akan mengisi jiwa anak menjadi komplit,” tandas Ratih.
Bagaimana dengan pendapat anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, sementara anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya, benarkah? “Bisa benar, bisa tidak,” jawab Ratih. Pendapat tersebut ada sejak jaman Sigmund Freud di abad 18, yang mengatakan di masa remaja anak laki-laki akan memuja ibunya dan ayah sebagai saingan (Oedipus Complex). Dengan berjalannya waktu, nantinya anak laki-laki akan beridenditifikasi dengan ayah dan suka pada lawan jenis selain ibu. Sementara anak perempuan, ketika remaja mulai sadar kalau dia tak punya penis dan menyalahkan ibunya. Lalu mulai suka pada ayah dan cemburu pada ibu (Electra Complex).
“Namun dari fakta yang ada, yang saya hadapi sehari-hari sebagai psikolog, ternyata teoriattachmentmembuktikan bahwa anak-anak tidak memilih peran jenis kelamin,” sambung Ratih. Anak akan memilih caregiver-nya; memilih orang yang paling membuat dirinya merasa aman dan nyaman. Biasanya pada mereka yang memberi makan, yaitu ibu yang menyusui. Namun, para ayah masa kini juga sangat terlibat sejak IMD, ikut memeluk, mengajak ngobrol, memberi dukungan, sehingga anak juga merasa aman dan nyaman.
“Jadi, kalau ibu dan ayah sama-sama bisa memberi rasa aman dan nyaman pada anak, maka jiwa si anak akan penuh, komplit! Hasil dari attachment ini baru akan tampak jelas di usia perkembangan anak yang lebih besar, ” tandas Ratih lagi.Ratih mengungkapkan, sumber beragam masalah anak yang datang ke ruang praktiknya –mulai gagal tumbuh kembang, gangguan emosi, gangguan perilaku hingga gangguan kepribadian– adalah pada keluarga, yaitu pada relasi orang tua yang tidak harmonis.
Lalu apa yang dapat dilakukan oleh para ayah pada anak dan keluarganya?
Be there.Sesibuk apa pun, luangkan waktu untuk anak, karena waktu tak pernah jalan mundur. Pada saat meluangkan waktu untuk anak, ayah benar-benar hadir untuk anak dan pasangan. Singkirkan semua hal yangberpotensi mengganggu kulitas kebersamaandengan keluarga, termasukgadget.
Be happy. Pada saat bertemu dengan anak, kapan pun, bergembiralah dan ikhlas. Karena, gembira itu membuat jiwa kita sehat. Selain itu, jadilah ayah yang empatikdan bukan ayah yang galak. Pada saat anak galau, jangan ragu untuk memeluknya karena pelukan dan sentuhan akan menyembuhkan luka hatinya.
Be focus.Fokus hanya pada keluarga, sehingga seisi rumah menjadi tenang.
Tulisan ini dicopas dari grup WA
Terima kasih kepada yang menulis, sangat menginspirasi & bermanfaat.
Judul diedit sedikit ya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar